Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Pertama Kali Mendaki Gunung Merbabu

Gambar
Sebelumnya saya bakalan bilang kalau tulisan ini lumayan panjang. Pendakian ternekat! Pendakian pertama    Yup, Gunung Merbabu adalah gunung pertama yang saya daki. Kenapa saya bilang pendakian ternekat?  Pertama, saya mendaki cuma bertiga.  Kedua, saya mendaki cuma bertiga dan cewek semua.  Ketiga, enggak tahu medan dan enggak ada persiapan.  Keempat, enggak punya duit :(   #skip Pendakian ini nekat gara-gara saya merencanakan pendakian tapi enggak pernah terealisasi, awalnya pengin ke Semeru tapi kata teman saya kalau masih pemula kudu belajar naik gunung yang pendek-pendek dulu, lah emang ada ya gunung yang pendek? Akhirnya, tercetuslah ke gunung Merbabu. Dari sekian orang yang pengin ikut sampai di hari H terpilihlah 3 perempuan jilbaber yang masih bertahan. Eh awalnya cuma saya sama Kak Lina, tapi Ka Firda saya rayu-rayu terus saya kasih coki-coki biar dia mau ikut. Alhamdulillah, H-berapa hari gitu lupa dah, saya sudah dapat pinjaman tas carrier ,

Aku Tidak Ingin Menjadi Pahlawan

Gambar
Berhubung sekarang saya balik lagi kerja di majalah, terus saya mau berbagi sesuatu dari apa yang sudah saya baca sebagai referensi. Jadi kemarin saya cari referensi tentang hari pahlawan dan keluar beberapa artikel, ada salah satu artikel yang bikin saya tergugah dan bakal saya ceritain disini. Langsung aja yaa... Jadi ada seorang murid perempuan, anggaplah namanya Putri. Nah Putri selalu mendapat peringkat 23 dari 50 siswa di sekolahnya. Makanya Putri selalu dijuluki dengan panggilan nomor tersebut, tapi Putri santai aja anaknya, dia gak marah sedikitpun. Lalu saat lagi kumpul keluarga besar, orangtua mereka membuka topik pembicaraan, masing-masing anak ditanya tentang apa cita-citanya. Tentu saja anak-anak menjawab ada yang mau jadi Polisi, Dokter, Pilot, dll Sementara disaat sesi tanya jawab itu Putri lagi asik ajak main sepupu kecilnya. Akhirnya mereka menyadari kalau hanya Putri yang belum ditanya, karena didesak akhirnya Putri menjawab: “Ketika aku besar

Pelajaran berharga dari Film “Everest”

Gambar
Sebenarnya ini catatan latepost, hehehe... cuma kayaknya seru kalo ditulis. Sekitar 2 mingguan yang lalu film ini baru keluar, saya dan teman-teman langung nonton film ini dihari pertama film ini keluar. Kebetulan temen-temen saya yang lain juga pecinta alam, jadi pas diajak nonton ini pada mau aja. Film Everest itu sendiri adalah film kisah nyata dari pendakian gunung everest pada tahun 1996 yang banyak memakan korban. Saya juga baru tahu kalo sebelum film ini tayang udah ada bukunya yang berjudul “Into thin Air” yang ditulis langsung sama orang yang selamat dari tragedi everest “John Krakauer”. Abis nonton filmnya saya jadi pengen baca bukunya. #beliinplis Kalo kita nonton film 5CM tentang pendakian gunung semeru, kita pasti pengen langsung ke Semeru. Tapi berbeda kalo kita nonton Everest, kayaknya bakalan banyak yang bilang nggak untuk ke everest. Film ini awali dari Rob Hall yang lagi pamitan buat ke gunung everest, gunung tertinggi di dunia. Saat itu istrinya lag

Jalan Sendirian atau Sama-Sama?

Gambar
Pernah jalan-jalan? Bohong yang bilang enggak pernah. Buat saya jalan-jalan itu penting, bukan sekadar buang-buang uang sehingga kita dianggap orang yang hedonis, jalan-jalan itu enggak perlu pakai uang, yang penting punya kaki untuk berjalan. Buat saya melakukan perjalanan atau bertualang itu ibarat mencari ilmu, menyusuri tempat-tempat yang kadang bikin kita tergugah, berkata wow bahkan sambil koprol, tuh kan mulai kemana-mana deh ini tulisan. Travelling enjoy  the experience  (benar enggak tuh tulisannya) artinya perjalanan adalah menikmati pengalaman. Ada yang bilang katanya buku itu adalah jendela dunia, sedangkan perjalanan adalah pintunya.  Aniway , Kalo bisa lewat pintu kenapa juga harus lewat jendela? #ajaransesat#  Tapi sebenarnya bukan itu yang mau saya bahas sekarang, saya sering melakukan perjalanan sendirian, bersama teman, bersama keluarga, dan lain-lain. Kalau di tanya kalian lebih suka jalan-jalan sendiri atau bersama-sama? Ayo jawab! Saya pribadi menyukai ke

Sepenggal Kisah di Pedalaman Baduy

Gambar
            Saya selalu menikmati sebuah perjalanan, dan beberapa pekan yang lalu saya menuju pedalaman Baduy. Sebenarnya untuk tahun ini perjalanan ke Baduy tidak ada dalam daftar list yang akan saya kunjungi. Namun, entahlah. Saya juga tidak menyangka bisa sampai disana.             Suku Baduy terbilang unik dan berbeda dari lainnya. Mereka masih menjunjung tinggi adat istiadat dan saya memberi jempol untuk orang-orang yang masih bertahan dengan kehidupan di Baduy khususnya Baduy Dalam.             Sebelum menuju Baduy Dalam kami diperkenalkan dengan seorang bapak-bapak bernama Mang Alim. Beliau suku Baduy asli dan kami akan bermalam di rumahnya. Mang Alim mewakili suku Baduy Asli, Suku Baduy Dalam memakai baju warna putih, memakai ikat kepala, jalan tidak memakai sandal. Mereka berbahasa sunda.             Sebelum keberangkatan menuju Baduy, Mang Alim memberikan petuah sebelum melakukan perjalanan sekitar 2 jam dari Desa (Saya lupa nama desanya) sebut aja