Aku Tidak Ingin Menjadi Pahlawan


Berhubung sekarang saya balik lagi kerja di majalah, terus saya mau berbagi sesuatu dari apa yang sudah saya baca sebagai referensi. Jadi kemarin saya cari referensi tentang hari pahlawan dan keluar beberapa artikel, ada salah satu artikel yang bikin saya tergugah dan bakal saya ceritain disini.

Langsung aja yaa...


Jadi ada seorang murid perempuan, anggaplah namanya Putri. Nah Putri selalu mendapat peringkat 23 dari 50 siswa di sekolahnya. Makanya Putri selalu dijuluki dengan panggilan nomor tersebut, tapi Putri santai aja anaknya, dia gak marah sedikitpun.

Lalu saat lagi kumpul keluarga besar, orangtua mereka membuka topik pembicaraan, masing-masing anak ditanya tentang apa cita-citanya. Tentu saja anak-anak menjawab ada yang mau jadi Polisi, Dokter, Pilot, dll Sementara disaat sesi tanya jawab itu Putri lagi asik ajak main sepupu kecilnya. Akhirnya mereka menyadari kalau hanya Putri yang belum ditanya, karena didesak akhirnya Putri menjawab:

“Ketika aku besar nanti cita-citaku yang pertama adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak bernyanyi, menari dan bermain-main.”

Demi menunjukkan kesopanan semua orang tetap memberikan pujian, lalu bertanya cita-cita keduanya. Putri menjawab:

“Aku mau menjadi seorang ibu, menggunakan kain celemek bergambar doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang.” Semua sanak keluarga hanya saling pandang tanpa tahu harus berkata apa.

Sampai dirumah ayah Putri mengeluh pada istrinya, apakah istrinya membiarkan Putri hanya menjadi seorang guru TK?

Putri anak sangat penurut. Dia ikut les belajar, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus menerus tanpa henti. Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi, Putri terserang flu berat dan radang paru-paru

Pada saat pembagian rapot, entah mengapa hasilnya masih tetap saja di peringkat 23.

@@@

Pada suatu minggu Putri sekeluarga berekreasi bersama teman se kantor ayahnya, semuanya membawa keluarga. Dan di sepanjang perjalanan ada yang bernyanyi, ada yang meragakan kebolehannya, sementara Putri tidak memiliki keahlian khusus, ia hanya bertepuk tangan dengan sangat gembira.

Sampai di lokasi Putri malah sibuk mengawasi makanan di dapur, merapikan kotak makanan yang miring, mengelap wadah sayuran. Putri sibuk sekali seperti seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika malam hari ada kejadian tidak terduga. Dua orang anak lelaki bertengkar, si genius matematika dan ahli bahasa inggris berebut sebuah kue. Tidak ada dari seorangpun yang mau mengalah. Para orangtua membujuk mereka namun tidak berhasil. Terakhir Putri yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.

Saat perjalanan pulang jalanan macet, anak-anak mulai terlihat gelisah. Putri membuat guyonan dan terus membuat orang-orang se mobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan. Sampai ketika turun dari mobil. Setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio nya masing-masing, mereka terlihat begitu gembira.

@@@

Selepas ujian semester wali kelas menelepon Ibu Putri. Pertama mengabarkan kalau Putri masih mendapat peringkat 23. Tetapi beliau mengatakan ada satu hal yang aneh, hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan yaitu:

“SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI DAN APA ALASANNYA?”

Semua teman se kelasnya menuliskan nama : PUTRI

Mereka bilang Putri senang membantu orang, selalu memberikan semangat, selalu menghibur, enak diajak berteman, dan lain-lain.

Wali kelas Putri memberi pujian:
“Anak ibu ini kalau bertingkah laku terhadap orang benar-benar nomor satu.”

Suatu ketika Ibu Putri bercanda dengan Putri.
“Suatu saat kamu akan jadi pahlawan.” Kata Ibu Putri.

Putri menjawab
“Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan. Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”

Tentu saja orangtua Putri terkejut mendengarnya, ia begitu tergugah dengan anak perempuannya. Di dunia ini banyak anak yang bercita-cita menjadi seorang pahlawan. Namun, Putri memilih untuk menjadi anak yang tidak terlihat tetapi ialah yang mengokohkan.

Mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang berhati baik dan jujur?

(Dikutip dari sebarkanlah.com dan diedit tanpa mengubah isi cerita)

@@@

Kira-kira begitu isinya teman-teman,bagaimana menurut kalian? Jujur aja saat bacanya saya tertegun dan jadi banyak mikir gitu deh. Makanya kisah ini saya dokumentasikan di blog ini biar enggak hilang.. hehehe

Jakarta, 30 September 2015

Erny Binsa



Komentar

  1. ditunggu postingan berikutnya ya kakak....

    BalasHapus
  2. waw aku merinding loh mbak baca ceritaanya, satu hal yang bener-bener gak terfikirkan oleh aku

    "memilih untuk menjadi anak yang tidak terlihat tetapi ialah yang mengokohkan"

    aku juga mau jadi orang yang mengokohkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa... ternyata masih ada yang mikir kayak begitu... kayak sebuah pohon kali ngga ada akar bisa mati... begitu juga pahlawan tanpa support.. :)

      Hapus
  3. ini salah satu poin penting yang gue dapet hampir sama kayak gue pas baca komik OnePiece sampe sekarang,

    gue rasa si putri berharap akan seorang pahlawan menurut pepatah tersebut. tanpa menyadari sebenarnya didalam dirinya terdapat unsur-unsur pahlawan. gue jadi penasaran pahlawan seperti apa yang diharapkan si putri?

    BalasHapus
  4. yg jadi poin disini yang kubaca. putri penurut, dia ngikutin berbagai les dan sampai akhirnya sakit.

    orang tua memang sellu mengharapkan hal besar untuk anaknya, sampai seperti tidak tahu apakah anaknya itu senang atau tidak. Di sini putri bisa nunjukin, kalau dia bisa bahagia dengan caranya sendiri tanpa harus menjadi orang hebat yang bisa di kagumi dan dihormati banyak orang. Dia tanpa sadar membangun kualitas yang baik baginya sendiri hingga orang lainpun jadi senang dan kagum sama dia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mungkin hobinya emang nyenengin orang, kayaknya ortunya juga gak pernah marah sama putri.

      Betul itu...

      Hapus
    2. ini artikel dari majalah apa ya kalau boleh tahu.

      kayaknya inspirtif banget

      Hapus
    3. Kan udan ditulis sumbernya Mas... :D

      Hapus
  5. putri hebat ya.... gue sih lebih milih jadi pahlawan a.k.a orang yang ditepukin daripada orang yang nepukin. kayaknya keren aja gitu, jadi pahlawan. hmm.. padahal, si putri itu salah seorang yang menjadi pahlawan buat teman-temannya. sungguh rendah hati anak itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa..tanpa sadar dia udah jadi pahlawan buat orang orang di sekitarnya

      Hapus
  6. Yang saya bisa ambil dari cerita ini adalah sepertinya putri tidak ingin jadi sombong walapun teman2nya sangat menyukai dia yang suka memberin penyemangat

    BalasHapus
  7. Widih.... kalo menurut gue nih ya, ditilik dari sisi psikologis nya...
    si Putri ini adalah anak dengan nilai EQ yang tinggi....
    dia juga pasti memiliki sifat interpersonal yang tinggi, sehingga bisa mengetahui dan mengerti keadaan di sekitarnya dengan baik, dia juga bisa mengerti harus berada di posisi mana saat berada di lingkungannya...
    coba aja banyak anak yang kayak Putri, Indonesia pasti jadi negara damai...
    hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh iyaa bener, gue juga pernah denger kalo EQ lebih penting dari pada IQ karena berhubungan sama sikap dan tingkah laku bukan kecerdasan. Iyaa dan gak banyak orang yang bisa seperti itu yaaa...

      Hapus
  8. mbak, pas awal baca cerita tentang pahlawan saya ngiranya akan dituliskan cerita klasik tentang pahlawan, eh tapi ini cerita memang bener - bener bagus.
    Hampir tertegun saya membacanya.
    kalau dilihat memang semua orang ingin di hargai. mereka membuat sosial media, melakukan pencitraan agar dihargai dan dilihat banyak orang.
    Tapi baca cerita si putri saya jadi tahu kalauberbuat baik dan menjadi pengokoh itu juga perilaku terpuji :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa bener banget... banyak orang berlomba-lomba pingin eksis entah di dunia nyata atau di media sosial, tapi orng kayak putri lebih milih jadi silent reader tapi tetep mendukung kesuksesan yang lain...

      Hapus
  9. Udah pernah baca di fb dulu. Putri itu sama kaya gue, lebih suka jadi aktor di belakang panggung dari pada jadi aktor utamanya. Tipe-tipe jadi supporterlah hehehe

    Tapi ya orang tuanya juga harus ngerti sih, meskipun emang sih mereka berharap lebih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibarat dunia televisi yaa... maunya di belakang panggung...
      iya justru orangtuanya kudu bangga sih sebenernya, tapi ya kembali ke masing-masing orang pasti juga pengen ngeliat anaknya bisa maju dan pegang piala bukan hanya jadi suporter..

      Hapus
  10. Spechless...'_'

    Salut sama putri...
    Akhlaknya sangat berkelas dan langkah

    Terimakasih mbak...postingannya Sangat menggugah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa terimakasih juga sudah baca dan berkunjung.. :)

      Hapus
  11. Aku sudah pernah baca ini dimana ya, tapi bukan dari web yang disebutkan diatas. Tapi bagus kok.

    Si ranking 23 tadi bisa sukses menjadi nomer satu bukan karena prestasinya tapi karena kebaikan hatinya dan semangatnya. Bukan berarti pendidikan gak penting tapi sopan santun dan baik terhadap juga sesama jua penting. Keren lah si Putri ini.

    Aku juga gak mau jadi pahlawan, kalo semua jadi pahlawan siapa yang mendukung coba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisah ini udah ada di mana-mana kok. hehehe...
      Iyaa putri bisa dibilang nggak pinter tapi nggak bodoh bodoh banget, meskipun begitu jiwa sosialnya oke banget, dan orangnya ceria karena suka menghibur temen-temennya.
      :)

      Hapus
  12. Kalau bagi HRD di perusahaan, softskill milik putri amatlah tinggi. Justru orang seperti inilah yang banyak dibutuhkan di dunia kerja, karena perannya sebagai pensupport perusahaan.

    Eh, tp orang seperti putri mungkin tidak akan kerja di perusahaan orang. Bisa saja ia lebih tertarik untuk menekuni ranah sosial. Karena jiwa sosialnya sangat tinggi, terlebih sudah terlihat sejak masih kanak-kanak. Eh, tunggu dulu. Cita-cita putri ternyata lebih simpel, dia ingin jadi guru TK dan ibu rumah tangga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa... yang lain pada cita-cita tinggi tapi dia mau jadi seorang guru TK dan IRT, Bahkan banyak orang yang berpikir perkerjaan itu dipandang sebelah mata. Tapi yaa yang penting mah have fun...

      Hapus
  13. bagi saya manusia itu memiliki sisi pahlawannya versinya masing masing. entah itu putri ataupun temen temen yang lainnya bisa menjadi pahlawan. at least yang terpenteng adalah menjadi diri sendiri dengan selalu mengedepankan sikap yang baik dan jujur. semangat!

    BalasHapus
  14. Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan. Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.

    Gils keren banget nih quotesnya :))

    Tp gue masih belum paham kenapa dia dapet peringkat 23 terus. apa ada alesannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Persaingan ketat bro... bisa jadi di kelas Putri emang anak-anaknya pada pinter kali... :D

      Hapus
  15. Wahnpd akhirnya putrilah yg populer y

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak biasa biasa aja tapi bisa populer yaaa...

      Hapus
  16. Balasan
    1. Luar biasa, intinya mah jangan muluk-muluk ya, cukup jadi orang yqng ramag dan baik aja kita bisa memberikan hawa positif ke orang lain. :')

      Hapus
    2. Lah kenapa komentarnya muncul di pengobatan asam urat.-_-

      Hapus
    3. Lah elu kenapa masuk ke komentar orang? -_-

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah singgah. Silakan berkomentar :)

Postingan populer dari blog ini

TRAGEDI LEMBAH HIJAU

Apapun Selain Hujan (Review Buku)

Lima Pencapaian yang Terjadi di 2017