Tribute To Emak Haji


Bismillahir rahmaanir rahiim...

Mungkin saya tidak seberuntung mereka yang bisa hidup dalam naungan keluarga yang utuh, Namun bisa jadi saya setingkat lebih beruntung karena sudah dipertemukan dengan sosok, Emak Haji. Tapi sekarang rasanya berbeda… Semakin sepi tanpanya, saya benar-benar payah. Tidak tahu lagi harus bagaimana.

Saya hanya bisa terduduk lemas melihatnya sudah tidak berdaya lagi, tidak seperti dulu. Padahal dulu Emak selalu menunjukkan bahwa dirinya selalu baik-baik saja. Tapi kali ini…

Saya memang bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa. Namun saya sungguh berarti jika dihadapan Emak. Emak yang sering membanggakan saya, menganggap saya anaknya sendiri tak jarang sering bilang pada orang lain Emak anak gadisnya tinggal satu aja, paling bontot. Emak yang selalu membela saya disaat situasi yang tidak mendukung keadaan saya. Dan sekarang mungkin saya akan membiasakan diri hidup tanpanya.

25 November 2011
Jumat 14.30

            Masih teringat jelas saat saya berangkat ke TPA, sebenarnya saya berat meninggalkan Emak. Emak hanya bilang dia baik-baik saja. Selepas mengajar saya sempat jatuh dari motor sampai helm yang saya pakai tidak bisa digunakan lagi. Refleks melihat bendera kuning di pinggir jalan. Hati saya menjadi tidak karuan dan ingin cepat-cepat sampai rumah.

            Sampai di rumah keadaan mulai membaik, yang saya lihat Emak lagi makan. Katanya selama sakit Emak makannya banyak, lapar terus. Selama sakit Emak tidak mau yang namanya disuapin, ia lebih senang melakukannya sendiri. Tapi untuk pertama kalinya Emak mau T_T. Meski dalam keadaan sakit Emak memang tidak ingin merepotkan oranglain, untuk ke kamar mandi saja tidak mau di papah. Itulah Emak…

            Selepas Magrib jum’at malam…

            Emak memanggil Saya, Ummi, Mama, dan Mak Yeyeh. Beliau ingin mendengar kami mengaji, di kamarnya. Dalam keadaan beliau yang masih sesak. Beliah hanya bingung mengapa sakitnya tidak sembuh-sembuh, biasanya kalau kumat hanya sebentar tetapi kali ini sampai 2 hari dua malam. Tidak bisa tidur, hanya zikir. Emak hanya bilang Emak capek, Emak ingin tidur. Tadi emak nggak sempat sholat zuhur sama asar, nggak kuat bangun. Allahumma… Emak memang tidak pernah lalai dari solatnya, bahkan dalam kondisi sakit sekalipun.

            Pukul 20.00... Jum’at Malam..

            Saya mengantar Mak Yeyeh pulang, enggak bawa ponsel, sampai di rumah saya tidak pernah menyangka bahwa magrib tadi pertemuan saya terakhir dengannya, pertemuan berbincang terakhir dengannya. Ya Allah… Sebenarnya sudah sering sekali Emak bilang. Kalau orang meninggal jangan ditangisi, kasihan yang meninggalnya nanti tersiksa. Tapi, tangis ini memang tidak bisa dibendung lagi, semuanya pecah, padahal dulu saya pernah bilang, Iya Emak, Ani gak nangis. Dan yang saya tahu ikhlas itu tidak semudah itu. Sulit sekali… T_T Bahkan saya tidak bisa menahan airmata ketika menulis ini. Maafkan Ani, Mak.. Maafkan… Insya Allah kami semua belajar untuk ikhlas…

Selamat Jalan, Emak…

Wahai Allah…
Saya bersaksi selama saya hidup bersama beliau, emak tidak pernah sekalipun membuat saya menderita, sedikitpun.
Wahai Allah…
Emak adalah wanita baik yang selalu menularkan kebaikan untuk orang lain, di manapun.
Wahai Allah…
Saat beliau sakit, saya masih melihatnya melakukan sujud yang panjang di sepertiga malam-Mu
Wahai Allah…
Dalam hidupnya saya tidak pernah melihatnya bersedih, sekalipun.
Wahai Allah…
Emak tidak pernah membuat susah oranglain, meski beliau ada di posisi paling sulit sekalipun.
Allahumma Ya Allah…
Tempatkan Emak disisi terbaik-Mu, berikan Emak Rahmat-Mu di Akhirat, Masukkanlah Emak ke dalam deretan orang-orang yang beriman kepada-Mu yang merindukan jannah-Mu, dan buat kami ikhlas menjalani ketetapan-Mu.
Aamiin...



29 November 2011
di tengah kesendirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRAGEDI LEMBAH HIJAU

Apapun Selain Hujan (Review Buku)

Lima Pencapaian yang Terjadi di 2017