Pulang Kampung Part 2

Melanjutkan hal yang kemarin-kemarin tuh. Tapi baru bisa di posting sekarang. Maklum belakangan ini lagi banyak kesibukan.

Di Bogor banyak hal yang bisa saya lakukan kecuali smsan, teleponan, dan internetan. Karena memang di sana hal-hal seperti itu enggak mendukung adanya jaringan sinyal. Sebenarnya sih saya bingung. Bukannya kalau di atas gunung itu malah seharusnya banyak sinyal ya? kan di atas gitu loh! Eh nyatanya malah enggak ada sinyal.

Dan sebenarnya saya sudah lupa ingin melanjutkan cerita apa tentang pulang kampung ini, pasalnya belakangan yang membuat saya ingat itu sms dari teman-teman yang mengajak saya pulang kampung. Ya sudah deh... 

Ini adalah rumah yang biasa di duduki anak-anak Pesantren. Sederhana saja, kan? Sangat berbeda jauh dengan pesantren-pesantren modern yang ada di Jakarta. Kalau ini bisa dibilang versi wong ndesonya... Walau bagaimanapun ternyata fasilitas di pesantren ini sangat kurang memadai. Sering mati lampu. Bahan bacaan yang sangat sedikit, mereka juga mengandalkan satu guru untuk mengajar. Yup... hanya ada satu guru pengajar di sana. Namanya Ustadz Amir (kalo gak salah). Tadinya saya berpikir ingin membantu mereka dengan cara  mengumpulkan teman-teman mengadakan BAKSOS di sana. Dan Insya Allah semoga dalam waktu dekat semuanya biasa terealisasikan dalam bentuk nyata. Aamiin... Siapa yang mau ikut membantu kami? Hayooo kita cari pahala bersama-sama...




Ingin merasakan bebas, dan lepas seperti ini... Rasanya tuh sesuatu banget...









Nah, kalau yang sudah pernah ke kampung saya pasti sudah tahu ini di mana, kan? Dulu waktu acara pramuka tempat ini jadi tempat berendam teman-teman yang dilantik waktu malam-malam itu. Masih ingat enggak? Eh tahu enggak sih tempat ini biasanya jadi tempat mandinya kerbau atau sapi di kampung ini kalau para petani di sana habis membajak sawah... hahaha.....






Pohon kelapa ini keren abis ya? Hm... biasanya kalau mau kelapa ya petik sendiri aja. Tapi, saya enggak bisa panjatnya. Makanya kadang minta tolong Kakek atau Mang Asep buat panjat. Masalahnya waktu itu mereka sedang pada sibuk gitu buat acara nikahan Mang Asep. Jadinya ya enggak bisa makan ini kelapa... Biasanya kalau ke sini saya enggak pernah absen untuk ngerujak kelapa... Fyuh... Curhat, Boi!




Tapi untungnya meskipun saya enggak bisa ngerujak kelapa, Setidaknya saya masih bisa ngerujak markisa... Hahaha,,, orang-orang di sana biasa pada petik pas masih ijo-ijo begini. Nanti isinya di masukkan ke dalam gelas terus di kasih gula merah atau gula putih lalu es batu. Jadilah es markisa. Dan yang bikin gue bingung kenapa pula rasanya seperti es jeruk gitu. Aneh kan? apa mungkin cita rasa dari lidah saya yang sedang  aneh? Saya juga enggak gitu ngerti sih. hahaha...




Tapi coba deh lihat lebih dalam, lebih dekat, dan lebih-lebih lainnya. Ini benar, kan buah markisa?? gue jadi linglung gini...









Lihatlah betapa bahagianya mereka.... Nah, kalau ini semacam tempat kumpul-kumpul gitu. Tempatnya tepat di belakangan rumah kakek. Ada ayunannya, ada empangnya, banyak pohon kelapa, pohon markisa, pohon pisang, pohon jambu kelutuk. wah pokoknya banyak pohon-pohon deh... hehehe Saat itu kita lagi 







Dan ini pohon pisangnya.... Kayaknya jodoh gitu deh sama gue, tingginya aja hampir samaan... :p





Tempat ini memang multifungsi... dan saya menjadikannya tempat bersemedi... Menikmati alam, merasakan hembusan angin yang sepoi-sepoi... dan lain-lain...

Mungkin segitu saja yang bisa saya sampaikan. Lebih dan kurang sama mohon maaf sebanyak-banyaknya. Saya kan hanya manusia biasa yang penuh dengan kesalahan ya kan? Jiah mulai deh kultum...

Lain kali kita sambung lagi pembahasan tentang kampung saya, okay... Takkan habis deh walau diceritakan...... Halah..

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih sudah singgah. Silakan berkomentar :)

Postingan populer dari blog ini

TRAGEDI LEMBAH HIJAU

Apapun Selain Hujan (Review Buku)

Lima Pencapaian yang Terjadi di 2017