Meninggalkan atau Ditinggalkan?



Untukmu si pecandu tanah gersang,
Kau sudah terlihat lunglai telantar,
sampai saking gerontangnya dirimu melibas keterasingan.

Empat tahun berlalu, tanpa kabar. Kau memutuskan pergi tanpa pamit, Menyelinap diam-diam lalu hilang. Mungkin benar, orang yang berdiri diatas sepatumu tentu saja dirimu sendiri, hidup itu terserah kamu, hidup itu hak prerogratif kita semua. Kau pernah mengatakan itu, dulu, dan aku baru tersadar sekarang.

Di dunia selalu ada pilihan, layaknya siang atau malam, terang atau gelap, hitam atau putih, dan lainnya. Dan kau malah memberiku pilihan sulit, meninggalkan atau ditinggalkan? Jujur, bahkan sampai sekarang saya tak ingin meninggalkan siapapun begitu pula ditinggalkan, tak ada seorangpun yang ingin jika ditinggalkan.

Ketika diambang kegalauan akut, kau memutuskan untuk pergi, entah apa maksudnya. Saya pikir kita sudah lama bersahabat, sahabat pena tentunya. Meski kau ada jauh di seberang sana. Kita saudara, ya, kita benar-benar saudara kala itu. Meski hanya dunia maya yang seperti nyata. Ketika lama tanpa kabar darimu, seseorang menelponku dan mengatakan kau telah tiada. Ah mereka pasti bohong, kau pasti becanda, jangan permainkan saya dengan cara seperti itu.

Saya masih menunggu sahabat baik yang hingga kini menghilang, padahal kita pernah berjanji akan bertemu jika sudah sama-sama lulus sekolah. Kini dua tahun sejak kelulusan sudah berlalu, mungkin kau lupa dengan janjimu. Kau masih ada, kan?
Jangan lagi sekali-kali bertanya, meninggalkan atau ditinggalkan? Saya tidak akan pernah memilih...

4 tahun kepergianmu yang tanpa berita...


Satuagustusduaribuduabelas

persinggahan nila

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRAGEDI LEMBAH HIJAU

Apapun Selain Hujan (Review Buku)

Lima Pencapaian yang Terjadi di 2017